https://testingjurnal.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medperawat/issue/feedMedia Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar2025-12-01T12:28:33+08:00Yulianto Myulianto@poltekkes-mks.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>Media Keperawatan</strong> : Politeknik Kesehatan Makassar. <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1530505494" target="_blank" rel="noopener">E-ISSN 2622-0148</a>, <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1395973308" target="_blank" rel="noopener">P-ISSN 2087-0035</a>. Kebutuhan publikasi aspirasi ilmiah dari kalangan penggiat kesehatan khususnya Dosen dalam hal ini dosen untuk Keperawatan semakin meningkat, oleh karena itu Jurnal Media Keperawatan muncul sebagai salah satu sarana untuk publikasi segala bentuk ide, hasil penelitian serta kajian ilmiah yang berhubungan dengan pengembangan Keperawatan dan kesehatan pada umumnya. Jurnal Media Keperawatan diterbitkan oleh Jurusan Keperawatan Poltekkes Makassar dengan periode terbit 2 kali dalam setahun, yaitu terbit di bulan Juni dan Desember.</p>https://testingjurnal.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medperawat/article/view/1760IMPLIKASI TEMUAN TOXOPLASMA GONDII PADA PEMELIHARA KUCING LOKAL TERHADAP PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN ZOONOSIS DI MASYARAKAT2025-11-14T08:41:07+08:00Nur Laela Alyidruslaela.alydrus979@gmail.comAndi Aridhasari Sudirmanandiaridhasarisudirman@unismuh.ac.idAndi SudirmanAndisudi64@gmail.comRugayyah Alyidrusyayaalyidrus@gmail.comAmbo Dalleambodalle@poltekkes-mks.ac.id<p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p><strong><em>Background:</em></strong> Toxoplasmosis is a zoonotic disease caused by <em>Toxoplasma gondii</em>, with cats (<em>Felis catus</em>) serving as the definitive host. The parasite spreads through millions of oocysts shed in feline feces, which can survive in the environment for weeks. In Indonesia, the prevalence of toxoplasmosis remains high, especially in Makassar, where human seropositivity reaches 60%. Despite this, awareness of toxoplasmosis remains low, even though the infection can cause serious complications such as congenital toxoplasmosis, miscarriage, and encephalitis. <strong><em>Methods:</em></strong> This study used a descriptive observational design with secondary data from PCR testing for <em>Toxoplasma gondii</em> in blood samples of local cat owners in Antang Raya, Makassar. Characteristics assessed included age, gender, number of cats owned, duration of ownership, and hygiene practices. <strong><em>Results:</em></strong> The findings showed that 38.5% of respondents tested positive for <em>Toxoplasma gondii</em>, with the highest exposure occurring in the productive age group (16–30 years). The study also found that infection occurred regardless of routine hygiene practices, highlighting that animal hygiene alone is insufficient to prevent transmission. <strong><em>Conclusion:</em></strong>These results emphasize the strategic role of nurses in zoonotic disease prevention, particularly through community-based health education, early detection, environmental sanitation promotion, and reproductive health advocacy. Strengthening the role of nurses in preventive efforts is essential to reduce the risk of toxoplasmosis transmission and its impact on public health, especially among women of reproductive age.</p> <p><strong>Keywords:</strong> <em>Toxoplasma gondii</em>, zoonosis, cat owners, nursing, prevention</p> <p><strong> </strong><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><strong>Latar Belakang</strong>: Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh parasit Toxoplasma gondii dan sering kali tidak disadari masyarakat karena gejalanya bersifat asimptomatik. Kucing lokal (Felis catus) sebagai hospes definitif memiliki peran besar dalam penyebaran ookista yang dapat mencemari lingkungan. Prevalensi toxoplasmosis di Indonesia tergolong tinggi, termasuk di Makassar yang mencapai 60%. Infeksi ini berpotensi berdampak serius terhadap kesehatan reproduksi, kehamilan, serta meningkatkan risiko gangguan sistem saraf, sehingga diperlukan upaya pencegahan berbasis keperawatan komunitas. <strong>Metode:</strong> Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional berdasarkan data sekunder hasil deteksi Toxoplasma gondii menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) pada darah pemelihara kucing lokal di Kecamatan Manggala, Makassar. Karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, jumlah dan lama memelihara kucing, serta kebiasaan perawatan hewan. <strong>Hasil:</strong> Sebanyak 38,5% responden terdeteksi positif Toxoplasma gondii, dengan kelompok usia produktif (16–30 tahun) menunjukkan proporsi paparan tertinggi. Ditemukan bahwa infeksi tetap terjadi meskipun sebagian partisipan rutin menjaga kebersihan hewan, yang menunjukkan perlunya upaya pencegahan lebih menyeluruh. <strong>Kesimpulan</strong>: Tingginya angka infeksi Toxoplasma gondii pada pemelihara kucing lokal menunjukkan pentingnya intervensi pencegahan berbasis keperawatan. Perawat berperan strategis sebagai penyuluh kesehatan, fasilitator deteksi dini, promotor sanitasi lingkungan, dan advokat kesehatan reproduksi guna menekan penyebaran zoonosis di masyarakat.</p> <p><strong>Kata kunci:</strong> Toxoplasma gondii, zoonosis, pemelihara kucing, peran perawat, pencegahan</p>2025-12-01T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassarhttps://testingjurnal.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medperawat/article/view/1907KEPATUHAN KONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH PADA REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) TELKOM MAKASSAR2025-11-17T13:00:00+08:00Hastuti Husainhastuti_husain@poltekkes-mks.ac.idSubriahsubriah@poltekkes-mks.ac.idMelisamelisamelisaca23@gmail.com<p>Remaja putri menjadi kelompok yang paling rentan mengalami anemia akibat kebutuhan zat besi yang meningkat selama masa pertumbuhan dan menstruasi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah ini dengan program suplementasi Tablet tambah darah yang diberikan secara rutin di sekolah-sekolah. Namun, tingkat kepatuhan konsumsi Tablet tambah dara di kalangan remaja masih menjadi tantangan yang perlu dievaluasi lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan deskriptif design. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Telkom Makassar dengan jumlah sampel sebanyak 44 orang siswi yang diambil menggunakan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 44 remaja putri, sebanyak 63,6% patuh dan 36,4% tidak patuh dalam mengonsumsi tablet tambah darah. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan remaja putri dalam mengonsumsi tablet tambah darah di SMP Telkom Makassar tergolong cukup baik, karena lebih dari separuh responden telah mengonsumsi tablet darah secara teratur sesuai dengan ketentuan (3-5 kalimat). Kepatuhan konsumsi tablet tambah darah dipengaruhi oleh pengetahuan, efek samping, serta pengawasan dari sekolah dan tenaga kesehatan. Semakin baik pemahaman tentang manfaat tablet tambah darah, maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan</p>2025-12-01T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassarhttps://testingjurnal.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medperawat/article/view/1716ANALISIS PERBEDAAN KEPUASAN MAHASISWA MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO ANIMASI DALAM PEMBELAJARAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT2025-11-13T14:50:13+08:00Andi SudirmanAndisudi64@gmail.comAndi Aridhasari Sudirmanandiaridhasarisudirman@unismuh.ac.idNasrullahnasrullah.keperawatan@poltekkes-mks.ac.idSukma Sainiogi.badisca@gmail.comFirda Dwi Anugrahfirda@stikesalqodiri.ac.idAgusti Fauziahagustifuziahsyam@gmail.com<p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><strong><em>Background: </em></strong><em>Nursing triage education in Indonesia still faces challenges, particularly related to students’ knowledge and satisfaction with the learning process. Less effective learning media, such as PowerPoint, which tends to be static, may affect student engagement and learning outcomes. An innovative alternative is the use of animated video, which provides a more visual, interactive, and engaging learning experience. This study aimed to compare the effectiveness of PowerPoint and animated video on students’ satisfaction in triage nursing education.<strong> Methods: </strong>This study employed a quasi-experimental design with a pretest-posttest control group approach. The subjects were 36 fifth-semester students of the Diploma in Nursing Program at Poltekkes Kemenkes Makassar, divided into two groups: 18 students in the control group (PowerPoint) and 18 students in the experimental group (animated video). Data were collected using a satisfaction questionnaire before and after the intervention, and analyzed using paired sample t-test and independent sample t-test with a significance level of α = 0.05. <strong>Results: </strong>The findings showed that student satisfaction in the PowerPoint group increased from a mean of 71.06 ± 4.24 to 71.28 ± 4.32 (p = 0.042). In the animated video group, a greater increase was observed from 71.94 ± 6.88 to 79.38 ± 7.91 (p = 0.018). The comparison of mean differences between groups indicated a significant difference, with the PowerPoint group increasing by only 0.22 ± 0.43, while the animated video group increased by 8.33 ± 7.79 (p = 0.000). <strong>Conclusion</strong>: Animated video is more effective than PowerPoint in enhancing students’ satisfaction with triage nursing education. It is recommended that nursing education institutions integrate animated videos as innovative learning media to create a more interactive, engaging, and effective learning process.</em></p> <p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Triage Animated video; PowerPoint; Student satisfaction; Emergency nursing education</em></p> <p> </p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><strong>Pendahuluan</strong>: Pendidikan triase keperawatan di Indonesia masih menghadapi tantangan, terutama terkait pengetahuan dan kepuasan mahasiswa terhadap proses pembelajaran. Media pembelajaran yang kurang efektif, seperti PowerPoint yang cenderung statis, dapat memengaruhi keterlibatan mahasiswa dan hasil belajar. Salah satu alternatif inovatif adalah penggunaan video animasi yang menawarkan pengalaman belajar lebih visual, interaktif, dan menarik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas media PowerPoint dan video animasi terhadap kepuasan mahasiswa dalam pembelajaran triase keperawatan. <strong>Metode</strong>: Penelitian menggunakan desain quasi-eksperimen dengan pendekatan <em>pretest-posttest with control group</em>. Subjek penelitian adalah 36 mahasiswa semester 5 Program Studi D3 Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar, yang dibagi menjadi dua kelompok: 18 mahasiswa kelompok kontrol (PowerPoint) dan 18 mahasiswa kelompok eksperimen (video animasi). Data dikumpulkan melalui kuesioner kepuasan sebelum dan sesudah intervensi, kemudian dianalisis menggunakan <em>paired sample t-test</em> dan <em>independent sample t-test</em> dengan taraf signifikansi α = 0,05. <strong>Hasil:</strong> Penelitian menunjukkan bahwa kepuasan mahasiswa pada kelompok PowerPoint meningkat dari rata-rata 71,06 ± 4,24 menjadi 71,28 ± 4,32 (p = 0,042). Pada kelompok video animasi, peningkatan lebih besar terjadi dari 71,94 ± 6,88 menjadi 79,38 ± 7,91 (p = 0,018). Perbandingan selisih rata-rata kepuasan antar kelompok menunjukkan perbedaan signifikan, di mana kelompok PowerPoint hanya meningkat 0,22 ± 0,43, sedangkan video animasi meningkat 8,33 ± 7,79 (p = 0,000). <strong>Kesimpulan</strong>: video animasi lebih efektif dibandingkan PowerPoint dalam meningkatkan kepuasan mahasiswa terhadap pembelajaran triase keperawatan. Disarankan agar institusi pendidikan keperawatan mengintegrasikan video animasi sebagai media pembelajaran inovatif untuk menciptakan proses belajar yang lebih interaktif, menarik, dan efektif.</p> <p><strong>Kata kunci</strong> : Video animasi; PowerPoint; Kepuasan Mahasiswa; Pembelajaran keperawatan gawat darurat</p>2025-12-01T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassarhttps://testingjurnal.poltekkes-mks.ac.id/index.php/medperawat/article/view/1699PENERAPAN JUS MENTIMUN PADA LANSIA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RESIKO PERFUSI SELEBRAL TIDAK EFEKTIF2025-11-14T11:58:15+08:00Arita Murwaninursearita76@gmail.comRiza Yulina Amryrizayulina@gmail.comRahmawatirw861573@gmail.com<p><strong>Latar Belakang</strong>: Penyakit tidak menular (PTM) merupakan tantangan dalam dunia Kesehatan, secara global PTM menjadi penyebab kematian nomor 1 setiap tahunnya yaitu penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung coroner, penyakit gagal jantung, stroke dan hipertensi. Masalah utama yang sering terjadi pada pasien penderita hipertensi yaitu risiko perfusi serebral tidak efektif. Risiko perfusi serebral tidak efektif disebabkan oleh kerusakan vaskuler pada seluruh pembuluh perifer. Perubahan arteri kecil atau arteriola menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, yang mengakibatkan aliran darah akan terganggu. <strong>Tujuan Penelitian: </strong>Menganalisis asuhan keperawatan penerapan jus mentimun pada pasien dengan masalah keperawatan resiko perfusi selebral tidak efektif <strong>Metode</strong>: Metode penelitian adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus. Peneliti ini melibatkan dua keluarga dengan masalah keperawatan resiko perfusi selebral tidak efektif. <strong>Hasil: </strong>Hasil evaluasi keperawatan menunjukan bahwa pemberian jus mentimun selama 3 kali pertemuan dengan pemberian 1 kali sehari didapatkan tekanan darah sistolik dan diastolik pasien mengalami penurunan pada Ny. S dari 170/95 mmhg menjadi 140/70 mmhg dan Ny. D dari 150/ 78 mmhg menjadi 130/80 mmhg. <strong>Kesimpulan: </strong>Penerapan jus mentimun dapat mengatasi masalah keperawatan resiko perfusi selebral pada pasien hipertensi.</p>2025-12-01T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar